Sekenario Tuhan itu Adil
Hai dunia namaku Amelia , Lia nama
akrab keseharianku . Aku anak kedua dari dua bersaudara , aku memiliki satu
saudara perempuan yang terpaut dua tahun denganku, Fadilah namanya. Kami
tinggal dengan seorang nenek dari ibuku , kami tinggal dari kecil bersama sosok
pahlawan yang menyelamatkan kami dalam sekenario hidup yang penuh dengan
kepalsuan , nenek saat ini sudah menginjak umur 80 –an pekerjaan yang
dilakoninya adalah dukun beranak dan malaikat pijat yang dikenal di desa kami bahkan bisa dibilang banyak yang
mengenalinya terutama masyarakat luas . Kami sangat bahagia hidup bersama
malaikat ini , bagaimana tidak semua kebutuhan kami ia penuhi , rumah sederhana
yang kami tempati bagi kami adalah istana mewah yang dikelilingi dengan
kebahagia tanpa sandiwara didalamnya. Sebelum tinggal bersama malikat tersayang
ini aku tinggal di desa kecil bersama kedua orang tuaku yang dulu hidup kami
sangat sejahtera . Ayahku seorang pegawai disalah satu perusahaan yang ada
diluar kota , aku , kak Dila dan ibuku rela ditinggal ayah demi mencari
segudang kebahagian dan sesuap nasi .
Ayah adalah lelaki hebat yang sangat mengerti akan keluarga inti yang ia miliki
yaitu kami , ayah tak pernah menunjukan kelelahannya didepan ku dan kak Lia. Aku
sangat beruntung dilahirkan ditengah – tengah keluarga yang sangat berkecukupan
kebahagian yang ibu dana yah berikan kepada kami ibarat istana Taj Mahal di
Arga di India sungguh indah bukan ? yah!! Bagiku itu sangat indah teramat
sangat . Namun semua lenyap dimakan waktu ibukku meninggal dunia akibat sakit
anemia dideritannya yang pada saat itu pula ia mengiklaskan hidupnya untuk
melahirkan seorang pangeran yang lucu yaitu yoga adikku .Pada saat itu umurku
dua tahun dan ka Dila dua tahun lebih tua dariku , aku tak tau memaknai hidup
sesungguhnya pada saat itu . Dulu sebelum ibu melahirkan pangeran kecilku , aku
sedang bermain layaknya gadis kecil yang sedang gila mengenal dunia permainan .
Sedangkan kak Lia menemani ibu dan bidan yang menangani malaikat hidupku itu
.Sebelum ibu meninggalkan ku dan kak Dila ibu menitipkan pesan kepada kami
bahwa kelak kami sudah dewasa kami tidak boleh terpisah dan pesannya yang satu
lagi yng bagikku itu semboyan yang ku gengam teguh yaitu kami harus menjadi
generasi muda yang membanggakan, bagi aku dan kak Dila itu adalah peran yang
sangat berat , bagaimana tidak umur kami pada saat itu terbilang belum pantas
menerima hidup di bumi keras seperti itu karena diumur kami itu ya!!! Layaknya
anak – anak diluar sana hanya bisa tertawa lepas tanpa ada beban yang menemani
peran sekenario yang sedang kami mainkan. Kesekoan harinya subuh pagi nenek
berserta pamanku menjenguk kediaman kami untuk melayat ibu dan membawa kami
pulang kerumah nenek , sedangkan pangeranku harus dialarikan kerumah sakit
akibat masih terbilang merah dan hanya merasakan asi belum genap dua hari itu
sangat menyedihkan bagikku, pada saat itu pula aku harus berbagi asi dengan calon pangeranku sebelum ia terlahir di dunia ini.
Setelah ibu dimakamkan gemuruh tangis warga menemani pemakaman ibu sampai masuk
ke liang lahat . Aku belum mengerti akan tangis mereka itu, pada saat pemakaman
aku hampir diadopsi oleh salah satu warga yang kediamannya tak jauh di istana
yang kami diami, sedangakan kak Dila pula juga hampir diadopsi oleh kerabat
jauh ayah . namun mendengar desah – dusuh itu nenek bergegas mengumpulkan kami
untuk dibawa kedesa miliknya. Aku tak tahu bagaimana nasib Yoga pada saat itu,
ayahku mungkin mengalami depresi tinggi sehingga anak – anaknya tidak lagi terfokus
olehnya , kami becerai berai hal itu pula membuat nenek ingin cepat membawa
kami pergi . Nenek tak percaya jika ia membiarkan kami tetap disini tak dapat
memaikan sekenario hidup dengan rapi. Keesokan harinya barang – barang aku dan
kak Lia telah rapi dalam dua tas besar yang siap dilempar ke dalam kapal laut
yang akan mengantarkan kami tersebut , ayah hanya mengantarkan kami kepelabuhan
saja ia hanya memberikan jaket dingin kepada kami . Bisa dibilang yang lebih
dekat dengan ayah itu aku kebanyakan kerabat tetangga kami menggatakan bahwa
wajah ayah dan diriku mirip , sedangkan kak Dila mewarisi wajah anggun milik
ibuku. Ayah meluk erat tubuh dan mencium kami tanda perpisahan , aku belum
mengerti akan perpisahan ini tak ada rona sedih ataupun galau ibarat sebutan
didunia moderen ini . Jangan tanya akan keluarga ayah, akupun tak tahu bahkan
betuk wajah mereka .
Lama pejalanan yang kami tempuh
akhirnya sampailah kami di pelabuhan disana segerombolan keluarga sebelah ibu
ramai bergerombolan menyambut kami bak artis luar negeri kami disambut hangat
pelukan , belaian , bahkan ciuman hangat menyambut kedatangan kami. Satu yang
tak bisa aku artikan yaitu tangisan histeris mereka entah apa makna dalam
tangisan tersebut tak menunggu waktu kami langsung diboyong pulang. Sesampainya
di istana nenek kami disambut hangat pula oleh tetangga di sekitar istana nenek
ya!!! Lagi tangis mewarnai peristiwa kedatangan kami bahkan terikan haru ikut
memainkan perannya. Aku hanya tertegun menyaksikan itu aku hanya tertwa melihat
mereka lantas spontan melihat kegirangan yang terlempar oleh ku mereka lantas
mencium hangat kepala serta mahkota yang aku milik ini, tak tahu apa yang kak
Dila rasakan sama atau tidak dengan diriku . Disana apapun jenis makanan
terhidang rapi menyambut tubuh mungil kami . Lelah yang ku rasakan membuat
diriku mengurungkan niat menyantap hidangan yang beraneka ragam tersebut . Aku
spontan tertidur dipelukan bibi yang sedari tadi memluk hangat tubuh mungil ini
namun , kak Dila sudah pintar memainkan perannya kemudian berinteraksi dengan
sanak saudara yang ada disana .
Keesokan harinya kami disambut dengan
susu hangat yang dibuatkan oleh malaikatku yaitu nenekku melihat senyum yang ia
sugguhkan membuat aku dan kak Dila bergegas untuk meneguk habis susu manis yang
dibuat penuh dengan kasih sayang . Selang berberapa menit seperti tadi malam
sanak saudara datang berdatangan menengok kedatangan kami , bak acara meer and
great kami diwawancarai dengan segudang pertanyaan namun aku begitu pasif
menangapinya karena aku lebih tertarik memainkan boneka beruang yang dihadihkan
oleh sanak saudaraku, sedangkan kak Dila begitu aktif menyikapi pertanyan –
pertanyaan yang disuguhkan kepada kami . melihat kepolosan kak Dila salah satu
kerabat kami menyawer uang ribuan yang begitu banyak , Layaknya anak – anak
seusiaku spontan saja aku bangun dari kenyamanan bersama boneka dipelukku lalu
aku mengoyang – goyangkan pinggulku dengan lincahnya dengan girangnya merait
lembaran pundi – pundi rupiah yang sanak saudara berikan kepadaku . Melihat
kelincahan serta kepolosan yang ku sugguhkan mereka menikmati dan didominasi
tawa bahagia sedngkan Kak Dila bertepuk tangan melihat tingkahku. Melihat
kelincahanku salah satu kerabatku memeluk erat tubuh mungiku namuna aku tak mau
kemudian berlari – lari kecil mengajak mereka bermain tepuk tangan , tawa,
serta guyonan mendominasi suasana di pagi ini , bisa dibilang memecahkan suasan
asedih semalam . Lelah berlari , menjerit sana kemari aku aku asal duduk
dipakuan neneku entah apa yang ku rasakan pada saat itu , lantas mereka tertawa
girang melihat lakon ku iti . Kak Dila selalu bercerita akan kehidupan didesa
ayah, ya! Mungkin kak Dila sudah pintar berinteraksi tidak dengan diriku yang
masih polos yang hanya tawa berlari – lari sana kemari sesuka hati . Nenek
langsung menyisir mahkota indahku dan mengepang dua seperti mei – mei sahabat
upin – ipin selesai dikepang aku melanjutkan langkah kecilku merancau tak
karuan layaknya balita berumur dua tahun jika mendengar musik spontan
melambaikan tangan , mengoyangkan pinggul , bahkan berputar – putar kegirangan
. Lelah bermain kami baru dimandikan nenek . Seklesainya diguyur air mancur
kami disuguhi makana bergizi seperti biasa aku makan dengan gerak – gerik
seperti biasa yang sering ku lakukan .
Waktu demi waktu berlalu tahun demi
thun kami jalani tak terasa kami tumbuh dewasa seperti gadis lainnya yang
cantik dan anggun yang mengenakan hijab masa kini . Kak Dila berkerja sebagai
pengusaha baju yang berhasil dikenal oleh masyarakat luar. Sedangkan diriku
menjadi wanita karir sebagai staff Bank Syariah yang terkenal dikota ini,disegani
banyak orang dan dihormati layaknya wanita yang hrus dimuliakan akan
posisinyasebagai wanita . Kak Dila adalah pengusaha terkenal yang sangat jujur
, amanah dan dapat diandalkan . Selain menjadi pengusaha kecintaanya sebagai
desainer terbayar sudah ia membangun tempat khusus desainer untuk menyalurkan
bakatnya kepada gadis – gadis yang memiliki hobi sepertinya . Keramahan kak
Dila membuat namanya harum semerbak bak bunga mawar segar yang ada ditaman .
Kegigihan menjadi desainer serta pengusaha muda pulalah yang menghantarkan ku
menjadi wanita karir sampai seperti ini .dipuncak kesuksesan yang kami raih ini
tak terlepas oleh dukungan nenek yang begitu baik kepada kami . Dialah wanita
sekaligus penyemangat hidup ini , dia telah mendidik kami sampai kami dihormati
oleh semua orang dirinya pula yang merawat kami , mencintai kami bahkan
menyayangi kami melebihi apapun. Namun , kesedihan datang kembali disaat nenek
mengalami sakit seperti almarhum ibu yaitu anemia ia dilarikan dirumah sakit .
Nenek terbilng tak muda lagi nenek sudah menginjak usia tua renta yang sangat
rentan akan penyakit akibat fungsi tubuh yang tak konsisten lagi , dokter
menyarankan untuk ikhlas entah apa maksud dengn perkata dokter spesealis yang
menangani penyakit nenek . Hal tersebut spontan aku bicarakan kepda kak Dila
namun jawaban yang membuat diriku lemah lunglai mendengarnya , kak Dila bilang
nenek tak muda lagi nenek tak bisa hidup seperti dulu lagi , bak disambar petir
tubuhku jatuh dalam pelukan kak Dila spontan saja ia meraih kepalaku dan
berkata sabar sayang sabar kita doakan nenek selalu bahagia . selang beberapa
jam hal yang yang tak diinginkan terjadi nenek menghebuskan nafas terakhirnya
dihadapan kami berdua dan sanak saudara lainnya. Tubuhku tak terkendali jatuh
dalam tangis . Kak Dila memng begitu tegar ia tak melihatkan air matanya
kepadaku sama sekali , Kak Dila memeluk erat tubuhku dengat cekatan ia
menenangkanku tenanglah adikku kau bersamaku jangat sedih perkataannya itu
membuat diriku terpejam memaknai secara dewasa .
Beberpa tahun berlalu kak Dila dipertemukan
oleh jodohnya yaitu pengusaha tekstil yang sangat sukses , yang bertanggung
jawab akan kehidupan kami dan menjaga kami seutuhnya . Kak Dila bagiku malaikat
tak bersayap sebab dirinya lah yang sudah menemaniku hidup di bumi keras ini .
Aku tinggal bersama dengan begitu bahagianya . Kak Dila dikaruniahi tiga
malaikat kecil yang meramaikan istananya . Suasana ini begitu syahdu bak alunan
musik klasik yang menenangkan sukma dikala lelah .
Aku memutuskan berpisah dengan kak Dila
karena tuntutan pekerjaan ku yang harus dimutasikan keluar kota . Kak Dila
sangat keberatan akan kepergianku . namun aku menjawab semua keraguannya dan
meyakinkan dirinya bahwa adiknya ini sudah dewasa yang sudah memainkan peran ia
sendiri tanpa ia bantu . Dengan terpakasa ia dan kakak iparku membiarkan diriku
pergi .Aku tinggal di istana baruku yang aku sewa tak jauh dengan tempat
kerjaku, aku memulai hidup dengan optimis agar kelak hidupku seperti kak Dila
yang bertemu dengan kakak iparku yang sangat menyayanginya . Sedangkan Yoga
tumbuh menjadi pria kantoran yang tinggal berbeda denan kota yang aku diami ,
kak Dila suka mengodaku sampai kapan aku akan melepas masa lajangku aku memang
sudah menentukan pilihan dengan lelaki yang mau memilihku sebagai calon tulang
rusuknya . Ia seorang tentra yang bertugas
jauh dari kediaman yang aku diami. Nata memang pernah melamarku didepan
kak Dila dan suaminya namun,aku belum mau menerima maksud hati agar aku dan
Nata sama – sama mengumpulkan pundi – pundi rupiah untuk kehidupan di masa
depan . Tak terasa hari istewa itu datang aku dan Nata dipertemukan sebagai
paangan suami istri kak Dila sangat bahgia akn pilihan yang ku jatuhkan bersama
Nata , aku merasa hidupku lengkaplah sudah ktika aku menjadi seorang ibu dari
kedua anak Nata . Kami sangat bahagia rumah tangga kami tak perna ada
ketegangan ataupun ribut berkepanjangan . Aku dan kak Dila hidup terpisah
dikarenakan imamku yang pekerjaannya
mengabdi pada negara yang selalu membua kami berpindah istana .Namun aku tak
pernah mempermasalahkannya selagi Nata dan kedua anakku bahagia aku pasti
bahagia .
Inilah hidup yang sesungguhnya
terimakasih Tuhan kau berikan seorang kakak yang bertanggung jawab sampai aku
berumah tangga, dan kau berikan imam yang bijaksana menyayangiku dan kedua buah
hatiku . bagiku apa yang telah Tuhan ambil dalam hidupku semata – mata ia ingin
mengujiku menjadi pribadi yang lebih baik lagi . Suamiku tidak menyuruhku
melanjutkan kerjaku karena ia ingin aku merawat serta memperhatikan kedua buat
hati kami . Aku harus mengikhlaskan semua yang telah menjadi tugasku , inilah
peran sekenario Tuhan yang begitu sempurna
.