Minggu, 08 Mei 2016


Sekenario Tuhan itu Adil
Hai dunia namaku Amelia , Lia nama akrab keseharianku . Aku anak kedua dari dua bersaudara , aku memiliki satu saudara perempuan yang terpaut dua tahun denganku, Fadilah namanya. Kami tinggal dengan seorang nenek dari ibuku , kami tinggal dari kecil bersama sosok pahlawan yang menyelamatkan kami dalam sekenario hidup yang penuh dengan kepalsuan , nenek saat ini sudah menginjak umur 80 –an pekerjaan yang dilakoninya adalah dukun beranak dan malaikat pijat yang dikenal di desa  kami bahkan bisa dibilang banyak yang mengenalinya terutama masyarakat luas . Kami sangat bahagia hidup bersama malaikat ini , bagaimana tidak semua kebutuhan kami ia penuhi , rumah sederhana yang kami tempati bagi kami adalah istana mewah yang dikelilingi dengan kebahagia tanpa sandiwara didalamnya. Sebelum tinggal bersama malikat tersayang ini aku tinggal di desa kecil bersama kedua orang tuaku yang dulu hidup kami sangat sejahtera . Ayahku seorang pegawai disalah satu perusahaan yang ada diluar kota , aku , kak Dila dan ibuku rela ditinggal ayah demi mencari segudang kebahagian dan sesuap nasi  . Ayah adalah lelaki hebat yang sangat mengerti akan keluarga inti yang ia miliki yaitu kami , ayah tak pernah menunjukan kelelahannya didepan ku dan kak Lia. Aku sangat beruntung dilahirkan ditengah – tengah keluarga yang sangat berkecukupan kebahagian yang ibu dana yah berikan kepada kami ibarat istana Taj Mahal di Arga di India sungguh indah bukan ? yah!! Bagiku itu sangat indah teramat sangat . Namun semua lenyap dimakan waktu ibukku meninggal dunia akibat sakit anemia dideritannya yang pada saat itu pula ia mengiklaskan hidupnya untuk melahirkan seorang pangeran yang lucu yaitu yoga adikku .Pada saat itu umurku dua tahun dan ka Dila dua tahun lebih tua dariku , aku tak tau memaknai hidup sesungguhnya pada saat itu . Dulu sebelum ibu melahirkan pangeran kecilku , aku sedang bermain layaknya gadis kecil yang sedang gila mengenal dunia permainan . Sedangkan kak Lia menemani ibu dan bidan yang menangani malaikat hidupku itu .Sebelum ibu meninggalkan ku dan kak Dila ibu menitipkan pesan kepada kami bahwa kelak kami sudah dewasa kami tidak boleh terpisah dan pesannya yang satu lagi yng bagikku itu semboyan yang ku gengam teguh yaitu kami harus menjadi generasi muda yang membanggakan, bagi aku dan kak Dila itu adalah peran yang sangat berat , bagaimana tidak umur kami pada saat itu terbilang belum pantas menerima hidup di bumi keras seperti itu karena diumur kami itu ya!!! Layaknya anak – anak diluar sana hanya bisa tertawa lepas tanpa ada beban yang menemani peran sekenario yang sedang kami mainkan. Kesekoan harinya subuh pagi nenek berserta pamanku menjenguk kediaman kami untuk melayat ibu dan membawa kami pulang kerumah nenek , sedangkan pangeranku harus dialarikan kerumah sakit akibat masih terbilang merah dan hanya merasakan asi belum genap dua hari itu sangat menyedihkan bagikku, pada saat itu pula aku harus berbagi asi dengan calon pangeranku sebelum ia terlahir di dunia ini. Setelah ibu dimakamkan gemuruh tangis warga menemani pemakaman ibu sampai masuk ke liang lahat . Aku belum mengerti akan tangis mereka itu, pada saat pemakaman aku hampir diadopsi oleh salah satu warga yang kediamannya tak jauh di istana yang kami diami, sedangakan kak Dila pula juga hampir diadopsi oleh kerabat jauh ayah . namun mendengar desah – dusuh itu nenek bergegas mengumpulkan kami untuk dibawa kedesa miliknya. Aku tak tahu bagaimana nasib Yoga pada saat itu, ayahku mungkin mengalami depresi tinggi sehingga anak – anaknya tidak lagi terfokus olehnya , kami becerai berai hal itu pula membuat nenek ingin cepat membawa kami pergi . Nenek tak percaya jika ia membiarkan kami tetap disini tak dapat memaikan sekenario hidup dengan rapi. Keesokan harinya barang – barang aku dan kak Lia telah rapi dalam dua tas besar yang siap dilempar ke dalam kapal laut yang akan mengantarkan kami tersebut , ayah hanya mengantarkan kami kepelabuhan saja ia hanya memberikan jaket dingin kepada kami . Bisa dibilang yang lebih dekat dengan ayah itu aku kebanyakan kerabat tetangga kami menggatakan bahwa wajah ayah dan diriku mirip , sedangkan kak Dila mewarisi wajah anggun milik ibuku. Ayah meluk erat tubuh dan mencium kami tanda perpisahan , aku belum mengerti akan perpisahan ini tak ada rona sedih ataupun galau ibarat sebutan didunia moderen ini . Jangan tanya akan keluarga ayah, akupun tak tahu bahkan betuk wajah mereka .
Lama pejalanan yang kami tempuh akhirnya sampailah kami di pelabuhan disana segerombolan keluarga sebelah ibu ramai bergerombolan menyambut kami bak artis luar negeri kami disambut hangat pelukan , belaian , bahkan ciuman hangat menyambut kedatangan kami. Satu yang tak bisa aku artikan yaitu tangisan histeris mereka entah apa makna dalam tangisan tersebut tak menunggu waktu kami langsung diboyong pulang. Sesampainya di istana nenek kami disambut hangat pula oleh tetangga di sekitar istana nenek ya!!! Lagi tangis mewarnai peristiwa kedatangan kami bahkan terikan haru ikut memainkan perannya. Aku hanya tertegun menyaksikan itu aku hanya tertwa melihat mereka lantas spontan melihat kegirangan yang terlempar oleh ku mereka lantas mencium hangat kepala serta mahkota yang aku milik ini, tak tahu apa yang kak Dila rasakan sama atau tidak dengan diriku . Disana apapun jenis makanan terhidang rapi menyambut tubuh mungil kami . Lelah yang ku rasakan membuat diriku mengurungkan niat menyantap hidangan yang beraneka ragam tersebut . Aku spontan tertidur dipelukan bibi yang sedari tadi memluk hangat tubuh mungil ini namun , kak Dila sudah pintar memainkan perannya kemudian berinteraksi dengan sanak saudara yang ada disana .
Keesokan harinya kami disambut dengan susu hangat yang dibuatkan oleh malaikatku yaitu nenekku melihat senyum yang ia sugguhkan membuat aku dan kak Dila bergegas untuk meneguk habis susu manis yang dibuat penuh dengan kasih sayang . Selang berberapa menit seperti tadi malam sanak saudara datang berdatangan menengok kedatangan kami , bak acara meer and great kami diwawancarai dengan segudang pertanyaan namun aku begitu pasif menangapinya karena aku lebih tertarik memainkan boneka beruang yang dihadihkan oleh sanak saudaraku, sedangkan kak Dila begitu aktif menyikapi pertanyan – pertanyaan yang disuguhkan kepada kami . melihat kepolosan kak Dila salah satu kerabat kami menyawer uang ribuan yang begitu banyak , Layaknya anak – anak seusiaku spontan saja aku bangun dari kenyamanan bersama boneka dipelukku lalu aku mengoyang – goyangkan pinggulku dengan lincahnya dengan girangnya merait lembaran pundi – pundi rupiah yang sanak saudara berikan kepadaku . Melihat kelincahan serta kepolosan yang ku sugguhkan mereka menikmati dan didominasi tawa bahagia sedngkan Kak Dila bertepuk tangan melihat tingkahku. Melihat kelincahanku salah satu kerabatku memeluk erat tubuh mungiku namuna aku tak mau kemudian berlari – lari kecil mengajak mereka bermain tepuk tangan , tawa, serta guyonan mendominasi suasana di pagi ini , bisa dibilang memecahkan suasan asedih semalam . Lelah berlari , menjerit sana kemari aku aku asal duduk dipakuan neneku entah apa yang ku rasakan pada saat itu , lantas mereka tertawa girang melihat lakon ku iti . Kak Dila selalu bercerita akan kehidupan didesa ayah, ya! Mungkin kak Dila sudah pintar berinteraksi tidak dengan diriku yang masih polos yang hanya tawa berlari – lari sana kemari sesuka hati . Nenek langsung menyisir mahkota indahku dan mengepang dua seperti mei – mei sahabat upin – ipin selesai dikepang aku melanjutkan langkah kecilku merancau tak karuan layaknya balita berumur dua tahun jika mendengar musik spontan melambaikan tangan , mengoyangkan pinggul , bahkan berputar – putar kegirangan . Lelah bermain kami baru dimandikan nenek . Seklesainya diguyur air mancur kami disuguhi makana bergizi seperti biasa aku makan dengan gerak – gerik seperti biasa yang sering ku lakukan .
Waktu demi waktu berlalu tahun demi thun kami jalani tak terasa kami tumbuh dewasa seperti gadis lainnya yang cantik dan anggun yang mengenakan hijab masa kini . Kak Dila berkerja sebagai pengusaha baju yang berhasil dikenal oleh masyarakat luar. Sedangkan diriku menjadi wanita karir sebagai staff Bank Syariah yang terkenal dikota ini,disegani banyak orang dan dihormati layaknya wanita yang hrus dimuliakan akan posisinyasebagai wanita . Kak Dila adalah pengusaha terkenal yang sangat jujur , amanah dan dapat diandalkan . Selain menjadi pengusaha kecintaanya sebagai desainer terbayar sudah ia membangun tempat khusus desainer untuk menyalurkan bakatnya kepada gadis – gadis yang memiliki hobi sepertinya . Keramahan kak Dila membuat namanya harum semerbak bak bunga mawar segar yang ada ditaman . Kegigihan menjadi desainer serta pengusaha muda pulalah yang menghantarkan ku menjadi wanita karir sampai seperti ini .dipuncak kesuksesan yang kami raih ini tak terlepas oleh dukungan nenek yang begitu baik kepada kami . Dialah wanita sekaligus penyemangat hidup ini , dia telah mendidik kami sampai kami dihormati oleh semua orang dirinya pula yang merawat kami , mencintai kami bahkan menyayangi kami melebihi apapun. Namun , kesedihan datang kembali disaat nenek mengalami sakit seperti almarhum ibu yaitu anemia ia dilarikan dirumah sakit . Nenek terbilng tak muda lagi nenek sudah menginjak usia tua renta yang sangat rentan akan penyakit akibat fungsi tubuh yang tak konsisten lagi , dokter menyarankan untuk ikhlas entah apa maksud dengn perkata dokter spesealis yang menangani penyakit nenek . Hal tersebut spontan aku bicarakan kepda kak Dila namun jawaban yang membuat diriku lemah lunglai mendengarnya , kak Dila bilang nenek tak muda lagi nenek tak bisa hidup seperti dulu lagi , bak disambar petir tubuhku jatuh dalam pelukan kak Dila spontan saja ia meraih kepalaku dan berkata sabar sayang sabar kita doakan nenek selalu bahagia . selang beberapa jam hal yang yang tak diinginkan terjadi nenek menghebuskan nafas terakhirnya dihadapan kami berdua dan sanak saudara lainnya. Tubuhku tak terkendali jatuh dalam tangis . Kak Dila memng begitu tegar ia tak melihatkan air matanya kepadaku sama sekali , Kak Dila memeluk erat tubuhku dengat cekatan ia menenangkanku tenanglah adikku kau bersamaku jangat sedih perkataannya itu membuat diriku terpejam memaknai secara dewasa .
 Beberpa tahun berlalu kak Dila dipertemukan oleh jodohnya yaitu pengusaha tekstil yang sangat sukses , yang bertanggung jawab akan kehidupan kami dan menjaga kami seutuhnya . Kak Dila bagiku malaikat tak bersayap sebab dirinya lah yang sudah menemaniku hidup di bumi keras ini . Aku tinggal bersama dengan begitu bahagianya . Kak Dila dikaruniahi tiga malaikat kecil yang meramaikan istananya . Suasana ini begitu syahdu bak alunan musik klasik yang menenangkan sukma dikala lelah .
Aku memutuskan berpisah dengan kak Dila karena tuntutan pekerjaan ku yang harus dimutasikan keluar kota . Kak Dila sangat keberatan akan kepergianku . namun aku menjawab semua keraguannya dan meyakinkan dirinya bahwa adiknya ini sudah dewasa yang sudah memainkan peran ia sendiri tanpa ia bantu . Dengan terpakasa ia dan kakak iparku membiarkan diriku pergi .Aku tinggal di istana baruku yang aku sewa tak jauh dengan tempat kerjaku, aku memulai hidup dengan optimis agar kelak hidupku seperti kak Dila yang bertemu dengan kakak iparku yang sangat menyayanginya . Sedangkan Yoga tumbuh menjadi pria kantoran yang tinggal berbeda denan kota yang aku diami , kak Dila suka mengodaku sampai kapan aku akan melepas masa lajangku aku memang sudah menentukan pilihan dengan lelaki yang mau memilihku sebagai calon tulang rusuknya . Ia seorang tentra yang bertugas  jauh dari kediaman yang aku diami. Nata memang pernah melamarku didepan kak Dila dan suaminya namun,aku belum mau menerima maksud hati agar aku dan Nata sama – sama mengumpulkan pundi – pundi rupiah untuk kehidupan di masa depan . Tak terasa hari istewa itu datang aku dan Nata dipertemukan sebagai paangan suami istri kak Dila sangat bahgia akn pilihan yang ku jatuhkan bersama Nata , aku merasa hidupku lengkaplah sudah ktika aku menjadi seorang ibu dari kedua anak Nata . Kami sangat bahagia rumah tangga kami tak perna ada ketegangan ataupun ribut berkepanjangan . Aku dan kak Dila hidup terpisah dikarenakan imamku  yang pekerjaannya mengabdi pada negara yang selalu membua kami berpindah istana .Namun aku tak pernah mempermasalahkannya selagi Nata dan kedua anakku bahagia aku pasti bahagia .
Inilah hidup yang sesungguhnya terimakasih Tuhan kau berikan seorang kakak yang bertanggung jawab sampai aku berumah tangga, dan kau berikan imam yang bijaksana menyayangiku dan kedua buah hatiku . bagiku apa yang telah Tuhan ambil dalam hidupku semata – mata ia ingin mengujiku menjadi pribadi yang lebih baik lagi . Suamiku tidak menyuruhku melanjutkan kerjaku karena ia ingin aku merawat serta memperhatikan kedua buat hati kami . Aku harus mengikhlaskan semua yang telah menjadi tugasku , inilah peran sekenario Tuhan yang begitu sempurna  .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar